Senin, 20 Juni 2016

Cara Menahan Amarah

Bagaimana caranya menahan amarah dan mengontrol emosional?😊😊Asha

Assalamu'alaikum, Kita bisa mengambil hikmah dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ketika bertamu ke rumah Abu Bakar Ash-Shidiq ra.

Ketika bercengkrama dengan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, tiba-tiba datang seorang Arab Badui menemui Abu Bakar dan langsung mencela Abu Bakar. Makian, kata-kata kotor keluar dari mulut orang itu. Namun, Abu Bakar ra tidak menghiraukannya. Ia melanjutkan perbincangan dengan Rasulullah. Melihat hal ini, Rasulullah tersenyum :)

Kemudian, orang Arab Badui itu kembali memaki Abu Bakar. Kali ini, makian dan hinaannya lebih kasar. Namun, dengan keimanan yang kokoh serta kesabarannya, Abu Bakar tetap membiarkan orang tersebut. Rasulullah kembali memberikan senyum.

Semakin marahlah orang Arab Badui tersebut. Untuk ketiga kalinya, ia mencerca Abu Bakar dengan makian yang lebih menyakitkan. Kali ini, selaku manusia biasa yang memiliki hawa nafsu, Abu Bakar tidak dapat menahan amarahnya. Dibalasnya makian orang Arab Badui tersebut dengan makian pula. Terjadilah perang mulut. Seketika itu, Rasulullah beranjak dari tempat duduknya. Ia meninggalkan Abu Bakar ra tanpa mengucapkan salam.

Melihat hal ini, selaku tuan rumah, Abu Bakar ra tersadar dan menjadi bingung. Dikejarnya Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam yang sudah sampai halaman rumah. Kemudian Abu Bakar berkata, "Wahai Rasulullah, janganlah Anda biarkan aku dalam kebingungan yang sangat. Jika aku berbuat kesalahan, jelaskan kesalahanku".

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam menjawab, "Sewaktu ada seorang Arab Badui datang lalu mencelamu, dan engkau tidak menanggapinya, aku tersenyum karena banyak malaikat di sekelilingmu yang akan membelamu di hadapan ALLAH. Begitu pun yang kedua kali, ketika ia mencelamu dan engkau tetap membiarkannya, maka para malaikat semakin bertambah banyak jumlahnya. Oleh sebab itu, aku tersenyum. Namun, ketika kali ketiga ia mencelamu dan engkau menanggapinya, dan engakau membalasnya, maka seluruh malaikat pergi meninggalkanmu. Hadirlah iblis di sisimu. Oleh karena itu, aku tidak ingin berdekatan dengannya, dan aku tidak memberikan salam kepadanya. 

Kita bisa menarik kesimpulan dan menyadari bahwa keadaan ternyata memang tidak pernah menjadi lebih baik dengan melampiaskan amarah dan menyalahkan orang lain, walaupun dia salah sekalipun.

Keadaan juga tidak lebih baik dengan keberanian kita mengambil hak Allah dalam menghakimi orang lain. Kemarahan memang menghinakan. Marah adalah suatu kelemahan, ia bukanlah simbol kekuatan, ia adalah simbol dari KETIDAK BERDAYAAN diri dalam mengendalikan hawa nafsu.

Maka benar adanya, perhiasan terindah adalah kesabaran. Karena sabar memang memuliakan. MULIAKANLAH hidup kita dengan mengambil kendali atas perasaan kita, bukan sebaliknya.

Ketika berada dalam kondisi emosi yg ingin 'meledak' lebih baik cepat ambil wudhu dan banyak istighfar. Ingat saja, bahwa "ketika aku bersabar, Allah ada bersamaku. Dan aku tidak ingin membatasi kebersamaanku dengan-Nya" :)



Related Articles