Fadhilah Tarawih dari Hari Pertama sampai Hari Ketigapuluh
Assalamu'alaikum kak, tadi malam ada ustadz yg bilang kalo teraweh di malam kedelapan itu, pahalanya sama dengan nabi Ibrahim dan nabi Ismail saat membangun Ka'bah. Apa itu benar? Apa ada dalilnya kak? Puriani
Wa'alaikumussalam, bismillah..
Ada sekitar 30 persen hadits palsu dalam kitab Durratun Nashihin. Diantaranya adalah hadits tentang fadhilah atau keutaman shalat tarawih, (yaitu) dari Ali radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassallaam ditanya tentang keutamaan shalat tarawih, (lalu beliau bersabda) malam pertama pahalanya sekian, malam kedua sekian, dan sampai malam ketiga puluh. Salah satunya yang Puri sampaikan.
Para Ulama katakan, Hadits keutamaan dari hari pertama sampai hari ketigapuluh tersebut tidak terdapat dalam kitab-kitab hadits yang mu’tamad. DR. Lutfi Fathullah mengatakan, "Jika seseorang mencari hadits tersebut di kitab-kitab referensi hadits, niscaya tidak akan menemukannya." Hal tersebut mengindikasikan bahwa hadits tersebut adalah hadits palsu.
Para Ulama pernah ditanya tentang hadits tersebut, kemudian mereka menjawab, "Hadits tersebut adalah hadits yang tidak ada sumbernya (laa ashla lahu). Bahkan, hadits tersebut merupakan kebohongan atas nama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam." (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah Lil Buhuts Wal Ifta no. 8050, juz 4, hal 476-480.).
Pahala yang terlalu besar untuk amalan yang sederhana. Banyak keutamaan-keutamaan yang terdapat dalam hadits tersebut termasuk dalam kejanggalan jenis ini, misalnya pada lafadz : "Di malam kedua puluh sembilan, Allah memberinya pahala seribu haji yang diterima." lalu, "Di malam keduapuluh enam, Allah mengangkat pahalanya selama empat puluh tahun." dan seterusnya.. Itu para Ulama katakan tidak ada dalilnya.
Mungkin Ustadz yang mengatakan bahwa ada hadits yang demikian, beliau mempunyai udzur. Sehingga belum sampai ilmu kepada beliau tentang hadits tersebut adalah hadits palsu. Puri baiknya bertanya kepada ustadz tersebut tentang sanad haditsnya, agar beliau bisa menelusuri dahulu dari mana perkataan tersebut berasal. Seorang Ustadz bukan orang yang ma'shum, bukan orang yang terbebas dari khilaf.
Mari kita mencukupkan diri dengan hadits-hadits yang tsabit dari Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Jangan sampai ikut menyebarkan hadits-hadits palsu, karena dosa nya tidak main-main.
Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, (artinya): "Barangsiapa yang berdusta atas namaku secara sengaja, maka hendaklah dia menempati tempat duduknya di neraka." (HR. Bukhari no. 1291 dan Muslim no. 4).
Ulama diikuti ketika bersesuaian dengan perkataan Allah Ta'ala dan Rasul-Nya.
Wallahu a'lam bisshawab