Syarat Ibadah Dapat Diterima
Pertanyaan
Dari: Riska Kurnia Maghfiroh
Assalamualaikum satria..maaf tanya lagj🙏 knapa
kalau kita ibadah belum tentu diterima tapi kalau berbuat dosa uda pasti dosany?
Jawaban:
Wa'alaikumussalam, Kalau berbuat
dosa sudah jelas, namun Allah Maha Pengampun selama hamba-Nya cepat bertaubat
dan memperbaiki diri. Tetapi dalam perkara IBADAH ada dua syarat dimana jika dua
syarat ini tidak dilakukan, maka ibadahnya tidak diterima. Apa syaratnya?
1. Ikhlas karena Allah
2. Mengikuti tuntunan Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam (ittiba')
Kedua syarat tersebut berdasarkan dalil dari surat Al-Kahfi ayat 110 dan juga surat
Al-Mulk ayat 2.
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan makna dari surat Al-Kahfi ayat 110,
"Maka hendaklah ia mengerjakan amal yang saleh", maksudnya adalah
mencocoki syariat Allah (mengikuti petunjuk Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam). Dan "janganlah ia mempersekutukan seorangpun dalam beribadat
kepada Tuhannya", maksudnya selalu mengharap ridha Allah semata dan tidak
berbuat syirik pada-Nya. Inilah dua rukun diterimanya ibadah, yaitu harus
ikhlas karena Allah dan mengikuti petunjuk Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam." (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, Ibnu Katsir, 9/205, Muassasah
Qurthubah).
Al Fudhail bin 'Iyadh ketika menjelaskan mengenai firman Allah dalam surat Al
Mulk ayat 2, "Supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih
baik amalnya." Beliau mengatakan, "yaitu amalan yang paling ikhlas
dan showab (mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam)."
Lalu Al Fudhail berkata, "Apabila amal dilakukan dengan ikhlas namun tidak
mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan tersebut tidak akan
diterima. Begitu pula, apabila suatu amalan dilakukan mengikuti ajaran beliau
shallallahu ‘alaihi wa sallam namun tidak ikhlas, amalan tersebut juga tidak
akan diterima. Amalan barulah diterima jika terdapat syarat ikhlas dan showab.
Amalan dikatakan ikhlas apabila dikerjakan semata-mata karena Allah. Amalan
dikatakan showab apabila mencocoki ajaran Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam."
Dua syarat diterimanya ibadah ditunjukkan dalam dua hadits. Hadits pertama dari
‘Umar bin Al Khattab, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Sesungguhnya setiap amalan tergantung pada niat. Dan setiap orang akan
mendapatkan apa yang ia niatkan. Barangsiapa berhijrah karena Allah dan
Rasul-Nya, maka hijrahnya adalah pada Allah dan Rasul-Nya. Barangsiapa yang
hijrah karena dunia yang ia cari-cari atau karena wanita yang ingin ia nikahi,
maka hijrahnya berarti pada apa yang ia tuju (yaitu dunia dan wanita)."
(HR. Bukhari no. 6689 dan Muslim no. 1907).
Niatpun bukan semata-mata hanya niat baik saja, namun jangan sampai membuat
syariat baru dalam agama yang telah sempurna ini (QS. Al-Maidah ayat3).
Dari 'Aisyah r.a, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
"Barangsiapa membuat suatu perkara baru (ibadah) dalam agama kami ini yang
tidak ada asalnya, maka perkara tersebut tertolak." (HR. Bukhari no. 20
dan Muslim no. 1718).
Mengikuti para shahabat (Khulafaur Rasyidin) pun ada perintahnya, maka wajib
bagi kita berpegang teguh kepada Sunnah dan Khulafaur Rasyidin.