Mengimani Qadar
Pertanyaan
Dari: Mulyani
Gema.. Jelasin tentang qadar dong, qadar baik dan buruk yg harus kita
imani
Jawaban:
Bismillah, Qadar adalah nama lain
dari takdir. Yaitu Ketentuan Allah yg berlaku bagi semua makhluk.
Perencanaan Allah atas kita dan yg di ciptakan-NYA sudah "tertulis"
jauh sebelum diri kita hadir di dunia ini. Takdir dibagi menjadi dua macam,
yaitu takdir mu'alaq dan takdir mubrom. Takdir Mubrom adalah takdir yg tidak
bisa berubah. Takdir inilah yg sudah tertulis di Lauhul Mahfuzh,
Kita semua harus mengimaninya, salah satunya takdir Mubrom, bahwa apapun yg
telah ditetapkan Allah itu PASTI baik. Kita saja yg 'melabeli' sesuatu dengan
nama 'buruk'.
Ketika kita punya keinginan, Allah pun mempunyai kehendak atas diri kita, maka
'sujudkan lah' keinginan kita kepada kehendak NYA. Sekali lagi, kehendak-Nya
pastilah baik.
"Tiada sesuatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada
dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauh Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah." –
(QS.57:22), lalu di QS. Yunus :61, QS. Al-An'am :59, dan QS. Ar-Ra'd 38-39.
Jika kita menolaknya, kehidupan seolah olah sangat "menyiksa",
padahal diri kita lah yang sedang menolak kebaikan-kebaikan.. kitalah yang
seringnya malah 'mendzalimi' diri sendiri dengan pemahaman yg salah, dengan
'berburuk sangka' kita kepada Allah.
Kemanapun diri kita mencoba "melarikan" diri, berlari kepada rencana
rencana yang selain dari NYA, hasil nya akan tetap sama. Selalu akan 'di
giring' kepada NYA, selalu hanya akan DIA dan kehendak-Nya sebagai
jawabannya.
Jika ingin akhir yang baik, serahkan hidup dan mati mu untuk berharap
ridha-Nya. 'Sujud kan' segala keinginanmu kepada DIA satu satu nya yg bisa
memberi kita kebahagiaan yg selama ini diri mu cari.
Sedangkan takdir mu'alaq adalah takdir yang tertulis dalam kitab yg dipegang
malaikat. Takdir ini bisa diubah, tergantung dari usaha dan upaya seseorang.
Takdir ini yang dimaksud dalam surat Ar-Ra'd ayat 30: "Allah menghapuskan
apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki)"
Dan juga dalam surat yang sama ayat 11 : "Sesungguhnya Allah tidak merubah
suatu kaum sehingga mereka merubah keadaan yang ada pada diri mereka
sendiri". ( QS 13:11 )
Iman atau percaya pada takdir bukan berarti kita tidak perlu ikhtiar atau
berusaha dan bersungguh-sungguh dalam menjalani hidup, namun harus berusaha
menjauhi perkara yg akan menyebabkan kita 'merugi'.
Sebelum Allah memerintahkan pena penulis takdir, Allah MAHA MENGETAHUI apa yg
akan terjadi kepada setiap hamba-NYA. Allah sudah mengetahui siapa yg 'sesat'
dan siapa yg 'lurus'. Ketika Allah memerintahkan pena penulis takdir menuliskan
seseorang masuk neraka, bukan berarti Allah memaksa seseorang kufur. Ini
bukanlah akidah yg benar, jika demikian adanya, Allah tidak akan mengutus para
nabi dan Rasul untuk memberi peringatan bukan? (QS.An-Nisa :165).
Bukan Allah yg menakdirkan kita untuk memilih jalan yang salah, tetapi kita
sendiri yang harus memilih jalan yang benar. Wallahu a'lam bisshawab..