Shahihkah Hadits "Barangsiapa yang hari ini lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang beruntung.."?
Pertanyaan
ka, kan ada hadist tuh yg bunyinya "Barangsiapa yang hari ini
lebih baik dari kemarin, maka dia termasuk orang yang
beruntung,.........." . gimana cara nya kita tau kalo hari ini kita lbh
baik drpd kmrn, atau sebaliknya? itu tuh, kita boleh nilai diri kita sendiri
atau hanya Allah yg berhak menilai?
Jawaban:
Assalamu'alaikum, bismillah..
Sebelum menyebutkan hadits, sebaiknya kita teliti dahulu derajat haditsnya,
siapa periwayatnya dan seterusnya. Karena memang harus hati-hati dalam perkara
menisbatkan atas nama Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam, jika bukan
perkataan beliau lalu kita menyebarkannya sebagai hadits, maka tempatnya di
neraka. (Naudzubillahi min dzalik).
Mari kita telusuri beberapa riwayat berikut ini:
1. Abu Nu’aim Al Ashbahani meriwayatkan di dalam kitab Hilyatul Auliya dari
jalan Ibrahim bin Adham, dia berkata: telah sampai kabar kepadaku bahwa Al
Hasan Al Bashri bermimpi bertemu Nabi Shalallahu 'alaihi wa sallam. Dia
berkata: "Wahai Rasulullah, berilah aku nasehat." Lalu Rasulullah menyebutkan
hadits yang mirip dengan hadits di atas.
Sanad hadits tersebut dinilai lemah karena sanad antara Ibrahim bin Adham dan
Al Hasan Al Bashri terputus karena Ibrahim menggunakan lafazh "telah
sampai kabar kepadaku" (balaghani). Bentuk kalimat seperti ini tidak
memberi faidah ittishal (bersambung sanad) sampai diketahui siapa yang
mengabarkan kisah ini kepada Ibrahim.
2. Diriwayatkan di dalam kitab Musnad Al Firdaus, dari jalan Muhammad bin
Sauqah dari Al Harist bin Abdillah Al A’war dari Ali bin Abi Thalib radhiallahu
‘anhu secara marfu’ (sampai kepada Rasulullah Shalallahu 'alaihi wasallam).
Sanad riwayat inipun dinilai sangat lemah karena Al Harits bin Abdillah Al
A’war adalah seorang pendusta. Hadits ini juga diriwayatkan oleh Ad Dailami
sebagaimana disebutkan oleh As Sakhawi di dalam kitabnya Al Maqashidul Hasanah.
Di sana beliau juga menerangkan tentang kelemahan hadits riwayat Ali bin Abi
Thalib ini.
3. Abu Bakar Al Qurasyi meriwayatkan di dalam kitab Al Manamat Al Hasan bin
Musa Al Khurasani dari seorang syeikh dari Bani Sulaim, dia berkata: "Saya
bermimpi bertemu Rasulullah. Lalu saya berkata: 'Wahai Rasulullah bagaimana
kabar anda?' Nabi menjawab: ‘Saya akan memberimu sebuah hadits.’ Saya katakan:
‘Sampaikanlah hadits itu kepada saya.’ Lalu Nabi menyampaikan hadits di atas.
Sanad hadits inipun dinilai lemah karena identitas syeikh Bani Sulaim itu tidak
diketahui (majhul) sehingga tidak bisa dijadikan sebagai hujjah.
4. Hadits ini juga disebutkan oleh Al Ghazali di Ihya ‘Ulumuddin dari Abdul
Aziz bin Rawwad. Dia berkata: "Saya bermimpi bertemu Rasulullah. Saya
berkata: ‘Wahai Rasulullah, berilah wasiat kepadaku.’
Al Hafizh Al ‘Iraqi di dalam takhrijnya terhadap Ihya ‘Ulumuddin berkata:
"Saya tidak mengetahui hadits ini kecuali dari kisah mimpinya Abdul Aziz
bin Rawwad, … dst … Hadits ini diriwayatkan oleh Al Baihaqi di dalam kitab Az
Zuhd.
Dari beberapa jalan riwayat hadits ini, terlihat kelemahan sanad-sanadnya.
Selain itu, isinya tidak diucapkan langsung oleh Nabi Shalallahu 'alaihi
wasallam saat beliau masih hidup. Namun dikatakan hanya lewat mimpi. Oleh
karena itu, jangan sampai dikatakan ucapan di atas sebagai hadits dari Nabi
Shalallahu 'alaihi wasallam.
Wallahu a'lam bisshawab.