Senin, 11 Juli 2016

Wanita bagai Gelas-Gelas Kaca


assalamualaikum gema.. mau bertanya.apa pendapat kamu tentang ini? karna sebagian laki2 & terkhusus ada beberapa teman saya merasa harga diri laki2 direndahkan.https://www.facebook.com/nasihattaqwa/photos/a.1602387356710159.1073741828.1602029006745994/1730929723855921/?type=3&theater Putri Ramadhani
Wa'alaikumussalam, 

Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam bersabda, (artinya): "Orang yang imannya paling sempurna di antara kaum mukminin adalah orang yang paling bagus akhlaknya di antara mereka, dan sebaik-baik kalian adalah yang terbaik akhlaknya terhadap istrinya." (HR At-Thirmidzi no 1162, Ibnu Majah no 1987).

"terbaik akhlaknya terhadap istrinya" disini bisa dimaknai sangat luas, bahkan dalam hadits riwayat Bukhari dan Muslim, Rasulullah Shalallahu 'alaihi wa sallam mewasiatkan kaum lelaki untuk berlaku lembut kepada wanita, yang beliau umpamakan sebagai gelas kaca (kristal) :

Dalam sebuah perjalanan. Ketika itu Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersama seorang budak yang biasa dipanggil dengan nama Anjasah. Suara Anjasah yang demikian besar membuat unta yang sedang dituntunnya menjingkrak-jingkrak.

Setiap kali Anjasah berkata dengan suara tinggi, maka unta itu bergerak tanpa kontrol karena terkejut. Hal itu membuat para wanita yang sedang berada diatas punggung unta hampir-hampir saja terjatuh.

Melihat yang demikian itu, Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam segera menegur Anjasah, kemudian memintanya untuk melirihkan suaranya.

"Perlakukanlah gelas-gelas kaca itu dengan lemah lembut, wahai Anjasah!" sabda beliau mengingatkan. Dan maksud dari gelas-gelas kaca itu adalah para wanita.

Ungkapan yang begitu indah. Mengagumkan. Sungguh bahasa yang beliau pilih untuk mengilustrasikan karakteristik kaum wanita adalah sangat tepat. Mereka memang seharusnya diperlakukan dengan lembut.

Dan mengenai tulisan dalam link tersebut, saya juga agak janggal di bagian situasi ketika tali sepatu istrinya lepas maka suaminya yang harus mengikatnya. Yang saya pahami, itu hanya sekedar rasa sayang saja, tidak ada hubungannya dengan menjaga kewibawaan seorang suami.

Bukan berarti merasa harga diri saya sebagai seorang lelaki direndahkan. Namun ga ada hubungannya sama sekali menjaga kewibawaan seorang suami dengan berbuat demikian. Ini sebetulnya hanya perbedaan pemahaman dalam menyikapinya saja.

Sedangkan untuk kalimat: "Karena engkau adalah wasiat Nabiku Muhammad shalallahu 'alaihi wasalam, hendaknya kalian takut dalam urusan perempuan, dan sebaik-baiknya manusia adalah yang baik terhadap keluarganya. Maka aku sangat berharap dengan menyayangimu, bisa menjadi manusia yang sebaik-baiknya manusia." ini saya sangat setuju.

Yang paling utama, saling memahami kewajiban dan juga hak dari masing-masing. Tanpa harus merasa direndahkan ketika kita melakukan apapun yang terbaik bagi istri/suami. Karena apapun yang dilakukan dengan niat karena Allah, akan menjadi sarana ibadah bagi keduanya :)


Related Articles